![]() |
Waterfront City Pangururan.(ant) |
SamosirBerita - Bupati Samosir Vandiko Gultom diminta untuk segera mengevaluasi kinerja Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) yang juga selaku Badan Pengelola Kawasan Waterfront City (WFC) Pangururan, Samosir, sebab dianggap tidak mampu mengelola dengan baik dan benar.
Hal ini disampaikan oleh salah seorang netizen di media sosial facebook dengan nama akun Om Regar. “Air mati, Listrik padam disaat ramai (pengunjung wisata) evaluasi badan pengelola WFC Nahkoda (Bupati), maila hita (malu kita), terlalu sering berulang,” tulisnya, dilansir dari waspada.co.id.
Selain itu, pemilik akun juga mengkritik tentang kebersihan kawasan WFC Pangururan yang dinilai terjadi pembiaran, dimana terdapat ceceran es krim yang dibiarkan begitu saja dilewati oleh para pengunjung objek wisata yang akan memasuki arena pertunjukan air mancur.
“Dimana petugas kebersihan mu ibu kadis? seharusnya standbylah, ini masih diluarnya ya, gimana didalam hadeuuhh,” tulisnya sembari mencantumkan foto.
Pemilik akun Om regar juga mempertanyakan tentang penjualan tiket air mancur yang seharusnya dilaporkan setiap sesi pertunjukan. Bahkan dirinya juga bertanya, apakah pihak Inspektorat kabupaten samosir pernah memeriksa laporan keuangan tersebut.
“Jika aku tidak turun ke bawah, mungkin iklan air mancur itu akan gelap, karena terus mengendap didalam laci petugas dinas pariwisata,” katanya.
Postingan tersebut mendapatkan perhatian dari banyak warganet. Dimana tak sedikit dari netizen mendukung kritikan dari postingan yang dibuat oleh akun Om Regar. Belakangan diketahui pemilik akun Om Regar adalah warga Samosir yang berdomisili di Pangururan, bernama Andrey Siregar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga selaku badan pengelolaan kawasan WFC saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (1/7) mengatakan terkait listrik mati, hanya terjadi di beberapa kios yg tidak menambah daya listrik. Bukan listrik air mancur menari.
Diterangkan juga terkait iklan air mancur sangat padat pengunjung dan banyak iklan tayang, maka ada keterlambatan menayangkan iklan. “Semua retribusi tiket masuk disetor ke kas negara. Tidak masuk ke kantong pengelola,” terangnya.
“Kalau sampah masih ada, petugas kami sudah maksimal bekerja, namun ada kalanya pengunjung sangat ramai, dan wisatawannya masih hobby buang sampah sembarangan walau banyak tong sampah,” lanjutnya lagi.(wol)